Dendam Kesumat Ros
Duri mu bisa menusuk di jiwa
hinggakan jadi derita
ku turuti kehendak si ros
tapi busuk jua yang dilemparkan
Wahai ros kau sungguh durjana
tidak akan ku lupa
lupa jiwa yang derita
Ku hadir bersama dendam
usai ditanya mengapa
kerna bernanah sudah hati
hati yang kau robek
makin busuk menjadi kudis
kebencian menyeruku untuk
melunas dendam kesumat ini
untuk lihat darahmu mengalir
mengalir laju di pangkal mu
membasahi sekujur tubuh kaku mu
yang aku rantai dengan permata
Aku jauh mengembara
mencari keheningan jiwa
lagi ditempuh harap ros mewangi
tapi lagi ros berdarah
berdarah kotor
menitik tanih yang subur
dendam kesumat kian membara
Aku dendam,
aku dendam ros yang terakhir
walau mekar mewangi
mengindahkan khayalan figura
aku tetap teguh
teguh dengan pendirianku
Awan yang membiru indah
tapi ros gelapkan
kini aku petirkan pula
untuk mu ros
hingga darah titisan terakhir
Akanku hiris ros itu
ramas, malah koyak serta
menyiat ros
hingga merah pekat
Mengalir di pentas batinku ini
biar ros berselimut baldu
Yang ku hiasi miang sembilu buluh
yang ku rendam bisa tedung
Akan ku lenakan ros di atas bantal
Berbantal selumbar ipuh
biar kekabu melindungi bisanya
dendam ini berbisa berzaman
akan ku pudarkan keagungan mu
wahai ros,
sudah lelah sabar di hati
tidak akan ku mundur
malah berlari
biar aku cari si ros itu
kerna dendam ini dendam kesumat
Jika ros itu pudar dan hilang serinya,
itu tanda dendam ku tamat . .
.
nukilan Hafiz Al-bakry
No comments:
Post a Comment